"Bi, kalau tahajud berapa rakaat?" tanya Abang sore itu, sambil duduk di atas kasur kamarnya.
Aku menoleh dan tersenyum. "Dua rakaat minimal, Bang. Kenapa?"
Abang mengangguk pelan. "Aku mau tahajud."
Aku sedikit terkejut. Sejujurnya, Abang belum pernah sama sekali bangun malam untuk sholat tahajud. "Mau doa apa, Bang?" tanyaku penasaran.
Abang menatap langit langit. "Aku punya hajat, Bi. Mau doa ke Allah, minta dimudahkan."
Aku tersenyum, tak ingin bertanya lebih jauh. "Semoga Allah kabulkan, Bang."
Malamnya, sekitar jam tiga pagi, aku terbangun. Saat hendak beranjak untuk mengambil wudhu, aku melihat Abang juga bangun. Tanpa banyak bicara, ia langsung menuju kamar mandi.
Tak lama kemudian, aku melihatnya berdiri di atas sajadah, takbir pertama terucap dari bibirnya. Dalam keheningan malam, aku bisa merasakan ketulusan doanya.
Aku pun ikut tahajud, berdoa dalam hati, semoga apa pun yang Abang pinta, Allah mudahkan jalannya.
Komentar
Posting Komentar