Cinta tulus… lahir dari rahim seorang ibu,
mengalir lembut dalam setiap dekap dan doa yang tak bersuara.
Logika tajam… milik seorang ayah,
tegas dalam keputusan, tapi dalam diamnya tersimpan air mata.
Seandainya tiada kisah Ibrahim,
kita mungkin takkan tahu,
bahwa cinta kadang berarti… berpisah demi taat,
bahwa logika kadang mengajarkan… percaya meski tak melihat.
Di padang gersang tanpa kehidupan,
seorang ayah melangkah pergi—bukan karena tak cinta,
tapi karena yakin, Allah menjaga.
Dan seorang ibu, Hajar, berdiri tegar,
hatinya retak, tapi imannya utuh.
Tujuh kali ia berlari—antara harap dan air mata,
antara Shafa dan Marwah,
setiap langkahnya adalah doa,
setiap tetes peluhnya adalah cinta yang mencari jawaban.
Lalu bumi menjawab…
dengan pancaran air dari tanah yang kering,
Zamzam—cinta yang berubah menjadi kehidupan.
Dari kisah itu kita belajar:
cinta ibu menghidupkan harapan,
logika ayah menuntun pada keteguhan,
dan keduanya bersujud pada satu nama… Allah SWT
Komentar
Posting Komentar